Tuesday, April 28, 2020

Pengalaman Mendaki Via Ferrata Purwakarta

Hai.. Udah lama banget engga blogging lagi. Karena sekarang merasa addicted dengan gadget, jadi untuk mengurangi itu, aku mau coba blogging lagi. Sekarang aku mau share pengalamanku naik tebing Via Ferrata di Purwakarta. Pendakian dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 27 Juli 2019. Waktu itu aku ikutan opentrip dari white house explorer bareng teman kerja. Meeting pointnya di plaza Semanggi jam 5 pagi. setelah nunggu peserta lengkap, kita berangkat jam 6 pagi. Perjalanan lumayan lancar. Kami sampe lokasi sekitar jam 11.00 siang. Kira-kira begini nih penampakan via ferrata dari bawwah.
Sesampainya disana kita ga langsung naik, karena si pemandunya lagi ngebawa rombongan lain dan lagi otw turun. Jadi layanan yang ditawarkan sama agen travelnya adalah pendakian setinggi 250 meter dan 300 meter. perbedaannya adalah, kalau ambil yang 250meter rute naik dan turun akan sama, sedangkan kalau 300 meter rute naik berbeda dengan rute turun. awalnya aku ambil yang 250 meter, tapi dinego sama tour leadernya, cuma nambah 50.000 aja buat pindah ke trip 300 meter. Semua peserta deal untuk ppindah ke 300 meter. Setelah nunggu beberapa jam (1-2jam) dan setelah kita isi tenaga dengan es teh, mie rebus, jam 1 kita siap-siap naik. alat yang dipakai ada seat harness dan helmet. Nih formasi lengkap tim aku yang udah siap naik.
Untuk naik ke tebingnya harus hiking dulu sekitar 10 menit, rutenya cukup menanjak ya dan cukup panas di siang itu. tapi viewnya luar biasa.
Setelah hiking, pendakian pun dimulai. Jadi kita ngedaki tebing ini bukan kaya olahraga wall climbing yang pada umumnya ya, di tebingnya sudah ada besi yang ditancap dengan jarak antara 1 besi dengan besi selanjutnya sekitar 50 cm. Tiap peserta memiliki pengaman 2 tali dengan ujungnya diberi carabiner screw yang terhubung diharness mereka dan pengaman ini harus disangkutkan pada tali di samping besi pijakan atau pada besinya, tapi yang lebih aman dan enak di kaitkan di talinya ya gaes. Aku kasih gambaran dulu ya.
Nah, prinsip safety yang harus ditaati oleh semua peserta adalah, jika ingin memindahkan carabiner 1 ke tali diatasnya (tali pengaman disamping besi itu ada besi tiap meternya untuk menjaga tali tetap berada disamping pijakan) carabiner yang lain harus tetap tersangkut, atau dikaitkan boleh ke besi pijakan atau tali pengaman. jadi tidak boleh dilepas 2-2nya secara bersamaan. tau kan kenapa harus begitu?. Kami mulai naik pada siang hari, rasanya lumayan panas, dan menguras energi. si pemandunya, selain memandu pendakian, dia juga moto-motoin kita nih. dia juga tau spot mana yang bagus, jadi kita cuma fokus untuk ngelanjutin perjalanan dan menjaga keselamatan diri kita masing-masing.
Ditempat ini juga ada hotel gantung yang terkenal itu, skylodge. tapi aku ga sampai setinggi itu gaes. pendakian juga ga banyak tempat datarnya, dan jadi agak ngantri pas nyampe tebing yang bagus buat spot foto sendirian. segitu aja yang bisa saya share. reccomended banget buat yang bosen pingin liburan tapi ga mau jauh-jauh dari Jakarta.
Thank You!

Saturday, February 22, 2014

POROSITAS BATUGAMPING SEBAGAI RESERVOIR HIDROKARBON

POROSITAS BATUGAMPING SEBAGAI RESERVOIR MINYAKBUMI Batuan karbonat adalah salah satu bagian penting dari geologi. Dalam industry, batuan jenis ini juga sangat luas pemanfaatannya. Mulai dari perindustrian yang menggunakan batuan karbonat langsung sebagai bahan utama seperti pada industry pupuk dolomit, hingga batuan karbonat sebagai perantara atau media seperti dalam industry minyak dan gas bumi atau hidrokarbon. Batuan jenis karbonat juga berperan penting dalam system air tanah, utamanya didaerah karst yang memiliki banyak simpanan air tanah. Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi. Pada umumnya reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari komposisi, temperature dan tekanan pada tempat dimana terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya. Sehingga batuan reservoir adalah batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan hidrokarbon
Bentuk reservoir terumbu
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi 3 macam reservoir terumbu, yaitu: Terumbu yang bersifat ' fringing ' atau merupakan suatu bentuk yang memanjang di lepas pantai. Terumbu yang bersifat terisoler di sana-sini, yang sering disebut sebagai suatu ' pinnacle ' atau ' patch reef ' atau secara tepat dikatakan sebagai bioherm, yang muncul di sana-sini sebagai bentuk kecil secara tidak teratur. Terumbu yang berbentuk linier, atau sebagai penghalang ( barrier ) biasanya berbentuk mamanjang sering kali cukup besar serta memperlihatkan suatu asimetri dan biasanya terdapat pada pinggiran suatu cekungan.
Terumbu tiang
Lapangan yang bersifat terumbu tiang ( pinnacle ) ditemukan di Libya yaitu lapangan Idris dalam cekungan Sirte yang didapatkan dari suatu terumbu berumur paleosen. Contoh yang baik untuk terumbu tiang sebagai reservoir ialah yang didapatkan baru-baru ini di Irian Jaya, yaitu lapangan minyak Kasim dan Jaya. Lapangan Kasim-Jaya merupakan suatu akumulasi dalam kulminasi terumbu yang tumbuh di atas suatu kompleks terumbu yang merupakan suatu landasan. Bentuk terumbu Kasim-Jaya itu terdiri daripada batuan karbonat berenergi tinggi yang panjangnya 7 km dan lebarnya 2.5-3.5 km dan mempunyai ketinggian atau relief vertikal 760 m di atas landasan tempat terumbu itu tumbuh. Contoh lain daripada batuan reservoir ini ialah di dalam Formasi Baturaja di laut Jawa sebelah Barat yaitu lapangan minyak kitty yang menghasilkan minyaknya dari terumbu batugamping.
Gamping klastik
Gamping klastik sering juga merupakan reservoir yang sangat baik, terutama dalam asosiasinya dengan oolit, dan sering disebut sebagai kalkarenit. Jadi jelas, bahwa batuan reservoir yang terdapat di dalam oolit itu merupakan pengendapan berenergi tinggi dan didapatkan dalam jalur sepanjang pantai dengan arus gelombang kuat. Porositas yang didapatkan biasanya ialah jenis porositas intergranular, yang kadang-kadang diperbesar oleh adanya pelarutan. Batuan reservoir oolit terdapat misalnya di cekungan Illinnois ( Amerika Serikat ), dimana terdapat oolit dalam gamping yang berumur karbonat. Lapisan oolit ini disebut McClosky sand. Batuan ini terdiri daripada oolit yang kadang-kadang bersifat dolomit. Contoh yang paling penting adalah di Saudi Arabia yaitu dari Formasi Arab berumur jura muda, terutama dari anggota D.
Dolomit
Dolomit merupakan batuan reservoir yang jauh lebih penting dari jenis batuan karbonat lainnya. Harus di ingat pula, bahwa kebanyakan dari batuan karbonat seperti oolit ataupun terumbu sedikit banyak pula telah ikut didolomitasikan. Cara terjadinya dolomit ini tidak begitu jelas, tetapi pada umumnya dolomit ini bersifat sekunder atau sedikit banyak terbentuk setelah proses sedimentasi. Salah satu teori yang menyebutkan pembentukan porositas pada dolomit yaitu porositas timbul karena dolomitisasi batuan gamping sehingga molekul kalsit diganti dengan molekul dolomit, dan karena molekul dolomit lebih kecil daripada molekul kalsit maka hasilnya akan merupakan pengecilan volume sehingga tidak timbulah rongga-rongga.dolomit biasanya mempunyai porositas yang baik berbentuk sukrosit yaitu berbentuk menyerupai gula pasir. Rupa-rupanya dolomit ini terbentuk karena pembentukan kristal dolomit yang bersifat euhedron dan tumbuh secara tidak teratur diantara kalsit.
POROSITAS
Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu batuan reservoir adalah harus mempunyai kemampuan untuk menampung dan mengalirkan fluida yang terkandung di dalamnya. Dan hal ini dinyatakan dalam bentuk permeabilitas dan porositas. Porositas dan permeabilitas ini sangat erat hubungannya sehingga dapat dikatakan bahwa permeabilitas adalah tidak mungkin tanpa porositas walaupun sebaliknya belum tentu demikian, karena batuan yang bersifat porous belum tentu mempunyai sifat kelulusan terhadap fluida yang melewatinya. Porositas merupakan ukuran ruang-ruang kosong dalam suatu batuan. Secara definitive porositas merupakan perbandingan antara volume ruang yang terdapat dalam batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan, biasanya dinyatakan dalam fraksi. Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas absolut, adalah persen volume pori-pori total terhadap volume batuan total
2. Porositas efektif, adalah persen volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume).
Disamping itu menurut waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan sedimen diendapkan.
2. Porositas sekunder, adalah porositas batuan yang terbentuk sesudah batuan sedimen terendapkan.
Menurut para ahli, batugamping yang terdolomitasi mempunyai porositas yang lebih besar dari pada batugamping sendiri. Besar-kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : ukuran butir, sortasi (semakin baik sortasinya, semakin baik porositasnya), susunan butir (susunan butir berbentuk kubus mempunyai porositas lebih baik dibandingkan bentuk rhombohedral), kompaksi, dan sementasi. Batugamping sebagai reservoir sangat lebih tergantung dari permeabilitasnya, selain itu juga porositas mengontrol penyimpanan hidrokarbon. Beberapa batugamping memiliki porositas besar tetapi memiliki permeabilitas rendah, maka dari itu porositas efektif sangat penting untuk reservoir hidrokarbon. Porositas pada batugamping agak berbeda dengan batupasir. Porositas pada batugamping cukup bervariasi tetapi cukup rendah dibanding dengan batupasir. Reservoir batuan karbonat hanya memiliki porositas 5 – 10%, sedangkan batupasir memiliki 15-30%. Kebanyakan porositas pada batupasir adalah porositas primer. Sedangkan pada batugamping memiliki porositas diagenesa origin, atau sekunder.
chaquette&pray,1970 classification
Fabric selective ditentukan berdasarkan unsur fabric dalam batuan seperti butiran dan kristal. Sedangakn non fabric selective ditentukan pada kenampakan fabric pada batuan seperti fracture porosity.
Intergranular porosity intragranular porosity Vuggy porosity
1. Intergranular (interparticle) porosity Porositas ini terbentuk saat terjadi pengendapan. Selain itu dapat juga terbentuk dari disolusi matriks, atau semen.
2. Intragranular porosity Porositas ini berada dalam butiran terutama pada material skeletal.
3. Intercrystalline porosity Merupakan porositas yang terdapat antar Kristal. Biasa terjadi saat penggantian dolomite atau pada endapan evaporit yang terreklistalisasi menjadi batugamping
Intercrystalline porosity
Moldic porosity
4. Mouldic porosity Suatu bentuk porositas sekunder, yang dikembangkan oleh pembubaran preferensial fragmen cangkang atau partikel lain, untuk meninggalkan ruang kosong yang sebelumnya ditempati oleh partikel
5. Fenestral porosity Porositas dikembangkan di karbonat karena adanya fenestrae. Batuan dengan porositas fenestral tidak akan membentuk batuan reservoir yang baik kecuali fenestrae yang saling berhubungan untuk memungkinkan permeabilitas yang baik yang akan didirikan.
Fracture porosity
6. Shelter porosity Jenis porositas interparticle primer diciptakan oleh efek berlindung yang relatif besar.
7. Channel porosity terjadi karena disolusi dari batugamping oleh air formasi.
8. Grwoth or framework porosity pori ruang antara kerangka kaku kerangka karbonat, seperti dalam karang
9. Fracture porosity berkaitan dengan adanya system patahan atau strukturyang dibentuk oleh tegangan tektonik dari batuan
10. Vuggy porosity Ini adalah porositas sekunder yang dihasilkan oleh pembubaran fitur besar (seperti macrofossils) dalam batuan karbonat meninggalkan lubang besar, vugs, atau bahkan gua.
11. Cavern porosity skala besar disolusi batuan untuk menghasilkan orang-ukuran atau pori-pori yang lebih besar
12. Breccia porosity batu terdiri dari fragmen yang tajam tertanam dalam matriks halus (seperti pasir atau tanah liat), yaitu kelanjutan porositas rekahan, dan memiliki tegangan tektonik batuan atau disolusi
DAFTAR PUSTAKA
http://sepmstrata.org/carbporositygallery/pages/016-Intercrystalline-Porosity.html
http://www.geo2all.com/vb/showthread.php?5111-Basic-porosity-types
http://sepmstrata.org/carbporositygallery/pages/026-Shelter-Porosity.html
http://www.encyclopedia.com/doc/1O13-ChoquetteandPrayclassfctn.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Porosity
Tucker, Maurice. 1990. Carbonate sedimentology. Marston Book Service : Oxon
TEKNIK RESERVOIR MINYAKBUMI
2011

Saturday, May 30, 2009

KARST DI INDONESIA






Karst adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diambil dari istilah Slovenian kuno yang berarti topografi hasil pelarutan (solution topography) (Blomm,1979). Menurut Jenning (1971, dalam Blomm 197), topografi karst didefinisikan sebagai lahan dengan relief dan pola penyaluran yang aneh, berkembang pada batuan yang mudah larut (memiliki derajat kelarutan yang tinggi) pada air alam dan dijumpai pada semua tempat pada lahan tersebut. Flint dan Skinner (1977) mendefinisikan topography karst sebagai daerah yang berbatuan yang mudah larut dengan surupan (sink) dan gua yang berkombinasi membentukk topografi yang aneh (peculiar topography) dan dicirikan oleh adanya lembah kecil, penyaluran tidak teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk kedalam tanah meninggalkan lembah kering dan muncul sebagai mata air yang besar.
Berdasarkan kedua definisi diatas maka dapat ditetapkan suatu pengertian tentang topografi karst yaitu : “Suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran yang tidak teratur, aliran sungainya secara tiba-tiba masuk kedalam tanah dan meninggalkan lembah kering untuk kemudian keluar ditempat lain sebagai mata air yang besar”.
Dari sebaran batugamping yang ada, Indonesia merupakan wilayah yang potensial sebagai kawasan kars. Dari kondisi geologinya Indonesia kaya akan batugamping. Tetapi tidak semua batugamping yang ada diwilayah Indonesia dapat berkembang menjadi bentang alam kars.

Di Indonesia, kawasan karst mencakup 20 persen seluruh daratan yang ada. Menurut laporan yang dibuat Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (Hikespi), kawasan karst ditemukan di hampir seluruh pulau besar di Indonesia. Sedangkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut bahwa sedikitnya 15,4 juta hektare kawasan batuan gamping terpendam di pelosok Indonesia. Sekitar 70 persen kandungan bahan tambang ini terperangkap dalam bentang alam karst.
Hal yang disayangkan di Indonesia ini, potensi karst yang ada belum diolah secara optimal. Keindahan ornament dalam gua, sistem gua-gua dan sungai bawah tanah yang berpotensi besar akan sumberdaya air, dan berbagai kekayaan flora-fauna, dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata,selain juga sebagai museum arkeolog, karena di dalam gua-gua karst banyak ditemukan fosil – fosil makhluk hidup, baik itu hewan maupun manusia. Banyak ditemukannya beragam fosil pada kawasan karst di Indonesia seharusnya dapat memancing pemerintah dalam mengembangkan potensi karst yang ada di Indonesia.

Menurut Koran Kompas, Potensi karst atau batu kapur di Indonesia belum tergarap dengan baik penyebabnya adalah minimnya data dan pengetahuan tentang potensi lain karst, seperti wisata. Untuk itu, dibutuhkan dukungan berbagai pihak guna memberdayakan potensi alam tersebut seperti, ilmuwan, masyarakat pencinta alam, dan masyarakat lokal. Pemerintah dan masyarakat hanya mengeksploitasi potensi ekonomi semata melalui penambangan batu kapur atau gamping.

Selain potensi karst yang belum teroptimalkan, kerusakan – kerusakan juga banyak terjadi di kawasan karst. Penyebab kerusakan tersebut tidak lain dari ekploitasi penambangan batu gamping di kawasan karst. Batugamping dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan karbid, peleburan dan pemurnian baja, pengendapan bijih logam non-ferrous, campuran keramik, pembuatan bata silica, soda abu, penjernih air dan kaca, gula, hingga pemutih pada industri kertas, pulp, dan karet. Apabila melihat data dari Departemen Pertambangan dan Energi yang memperkirakan, Indonesia memiliki cadangan bahan tambang batuan kapur sebanyak 28 miliar ton. Ini belum termasuk bahan-bahan lain yang terbentuk bersamaan batuan kapur. Aset yang menggiurkan buat ditambang.

Selain disebabkan oleh eksploitasi penambangan batu gamping, kerusakan yang terjadi pada lingkungan karst antara lain pembakaran batu gamping untuk kapur, pengambilan fasfat, guano, mineral kalsit, stalagtit/stalagmit dari gua-gua. Usaha gampingisasi lahan-lahan pertanian, komersialisasi gua-gua batu gamping secara sembrono, pengambilan sarang walet/sriti dan kelelawar secara sembrono, penelusuran gua oleh "pecinta alam" tanpa mengerti yang harus diperhatikan, tanpa mengenal ekologi gua yang rapuh, dan tanpa mengetahui konservasi lingkungan gua.

Permasalahan kerusakan lingkungan karst tidak hanya dapat di atasi oleh pemerintah, masayarakat sekitar daerah karst, ilmuwan, ahli geologi serta peran serta pecinta alam juga harus terlibat dalam mencarikan dan menjalankan solusi kerusakan lingkungan kawasan karst ini. Solusi dari kerusakan – kerusakan tersebut di antaranya, membatasai daerah penambangan dan melakukan pemetaan zonasi
pertambangan untuk menentukan daerah tersebut layak untuk ditambang
atau tidak. Upaya ini memang mengurangi aktifitas penambangan namun
menyebabkan para penambang kehilangan pekerjaan. Tetapi hal ini bisa
dicarikan jalan keluar dengan menonjolkan bidang pertanian dan
peternakan, menjadikan daerah perbukitan sebagai kawasan perkebunan
dan menjadikan kawasan karst sebagai tujuan wisata.
Kedua, perlu segera dibuat undang-undang khusus yang mengatur
penambangan di bukit kapur dan undang-undang perlindungan kawasan karst sehingga kelestariannya tetap terjaga. Ketiga, perlu dibentuk
suatu badan khusus yang mengawasi proses penambangan.
Keempat, menerapkan teknik penambangan yang berwawasan lingkungan antara lain dengan memilih metode penambangan yang benar,
memperhatikan kualitas bahan galian, memperhatikan kesejahteraan dan
keselamatan kerja, serta memperhatikan dampak fisik lingkungan akibat
kegiatan pertambangan.
Kelima, memperhatikan tata cara dan aktifitas penambangan, misalnya: pada saat pembukaan atau pembersihan lahan sebaiknya dilakukan secara bertahap, hanya sebagian saja lahan yang akan segera ditambang yang ditebas, metode penambangan disesuaikan dengan karakteristik area yang akan ditambang, pasca penambangan dilakukan reklamasi (memperbaiki lahan atau mengembalikan pemanfaatan lahan bekas galian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna).






DAFTAR PUSTAKA

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/11/10/12221331/.data.karst.masih.minim
http://groups.yahoo.com/group/indocavers/message/250
http://nationalgeographic.co.id/featurepage/86/habis-karst-terbitlah-nestapa/8
http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/diy/kawasan_karst_diy.html
http://www.wonosari.com/kekayaan-daerah-f51/identifikasi-kerusakan-kawasan-karst-akibat-aktivitas-penambangan-di-kabupaten-gunungkidul-t773.htm
fatkhurrohim.wordpress.com
Republika, 7 April 2003; Penambangan Kawasan karst Gunung
Sewu.

Tuesday, April 7, 2009

banjir di kota bekasi

ABSTRAKSI

Tidak bisa kita pungkiri, dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global. Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, namun bukan hanya faktor iklim yang menyebabkan terjadinya banjir, tapi juga di sebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase (sungai). Kota Bekasi juga tak luput dari perubahan lingkungan ini.























DAFTAR ISI

Abstraksi 1
Daftar isi 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 3
1.2Hipotesis 3
1.3Metode 3
BAB II DATA PENGAMATAN 4
BAB III PEMBAHASAN 6
BAB IV PENUTUP
5.1Kesimpulan 8
5.2Saran 8
Daftar Pustaka 9




















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Letak Kota Bekasi sangat strategis, dimana wilayahnya merupakan perbatasan antara dua provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi memberikan kemudahan akses menuju Jakarta telah menjadikan Kota Bekasi menjadi salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta. Namun seperti yang kita ketahui, Jakarta merupakan wilayah yang rawan sekali terhadap banjir. Setiap tahunnya daerah ini tak luput dari bencana banjir, baik yang disebabkan oleh hujan yang turun terus menerus, banjir kiriman, ataupun disebabkan oleh air pasang laut. Lalu bagaimana dengan kondisi kota Bekasi. Apakah sama halnya dengan Jakarta.
1.2 Hipotesis
Penulis memiliki hipotesis bahwa Kota Bekasi adalah daerah yang rawan sekali terhadap banjir. Namun untuk membuktikan hal tersebut harus dilakukan pengamatan terlebih dahulu.
1.3 Metode
Metode yang digunakan adalah metode tinjauan pustaka. Dengan mencari tahu besar kelerengan kota Bekasi, topografi kota Bekasi, curah hujan dan iklim kota Bekasi, dan macam-macam penggunaan lahan yang ada di kota Bekasi kita dapat memprediksi rawan tidaknya kota Bekasi terhadap Banjir.









BAB II
DATA PENGAMATAN

Dari hasil tinjauan pustaka didapatkan hasil bahwa sebagian besar wilayah Kota Bekasi memiliki tingkat kemiringan lahan relatif datar (0-2 %). Secara teknik keadaan ini memiliki potensi yang sangat baik untuk segala kegiatan budidaya manusia, khususnya budidaya yang bersifat perkotaan.Topografi kota Bekasi adalah dataran rendah. Pada musim penghujan curah hujan di Kota Bekasi dapat dikatakan cukup tinggi, total curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2005 adalah 1.941 mm. Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yang akhirnya merubah pola curah hujan, sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah. Begitu juga Kota Bekasi bila musim kemarau tiba, cuaca bisa terasa panas menyengat terlebih ditambah polusi udara yang membuat kota Bekasi makin terasa panas, namun bila musim penghujan tiba, hujan terkadang sangat lebat.
Secara keseluruhan Kota Bekasi ini memiliki struktur geologi yang cukup baik untuk mengembangkan/mendirikan bangunan gedung berbagai jenis kegiatan, baik pembangunan gedung perumahan maupun bukan perumahan (sarana dan prasarana perkotaan/wilayah). Sebagain besar struktur geologi yang ada berupa aluvium dan pleistocene volcanic facies. Luas areal lainnya berupa pliocene sedimentary faces dan Miocene Sedimentary Faces Pleistocene Volcanic Face, kedua areal ini merupakan lokasi yang cukup layak untuk dikembangkan/dibangun. Penggunaan Lahan di Kota Bekasi tahun 2001 didominasi oleh permukiman dan kebun campuran sebesar 58,37 % dan 24,99 %




Populasi penduduk kota Bekasi cukup tinggi. Pada tahun 2001 jumlah penduduk di Kota Bekasi tercatat sebanyak 1.516.458 jiwa, sedangkan pada tahun 2005 junlah penduduknya mencapai 2.001.899.
Gambar 1. Piramida penduduk kota Bekasi tahun 2005











BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil-hasil yang telah disebutkan di atas dapat terlihat sekali bahwa Kota Bekasi berpotensi terjadi banjir pada musim penghujan. Hipotesis yang diajukan di awal tulisan terbukti benar. Dinamika pembangunan di Kota Bekasi, telah banyak mengubah wajah kota. Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) banyak digantikan oleh gedung dan perumahan hingga menimbulkan efek lingkungan salah satunya adalah banjir. Sejak tahun 1997 sampai saat ini, kondisi RTH mengalami penyusutan sebesar 13,10 %. Diperkirakan, yang tersisa hanya GOR Bumi Perkemahan Bina Bangsa seluas 70.000 m2, Taman Multiguna 28.250 m2, alun-alun di jalan Veteran seluas 40.253 m2, di Jln. Cut Mutia 5.710 m2, dan Taman Pintu Tol Bekasi Timur 6.481 m2. Sedangkan untuk situ hanya ada Situ Rawa Lumbu 56.000 m2, Situ Rawa Gede 95.000 m2, dan Situ Pulo 83.000 m2.
Dinas Tata Ruang Kota Bekasi menyebutkan lahan serapan air di wilayah itu kini hanya tersisa 22 persen dari total luas wilayah 210 ribu hektar. Dadang mengungkapkan minimnya wilayah serapan air karena pembangunan gedung-gedung tinggi, seperti pusat perbelanjaan yang semakin marak. Di sepanjang sungai Kali Malang misalnya, kawasan yang ditetapkan sebagai jalur hijau itu hampir tidak menyisakan sedikitpun ruang kosong. Padahal berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 1997 tentang Tata Ruang, suatu wilayah perkotaan harus memiliki lahan serapan air minimal 30 persen dari luas wilayah. Persentasenya yaitu 20 persen lahan milik pemerintah, dan 10 persen milik pribadi.
Krisis lahan serapan di kota Bekasi tak lepas dari tingginya tingkat populasi di Kota Bekasi. Dengan tingkat populasi yang semakin tinggi maka kebutuhan sumber daya alam juga semakin tinggi. Masalah ketersediaan sumberdaya air, energi, dan lahan merupakan masalah yang harus dipecahkan disamping masalah lainnya seperti masalah lokasi pembangunan limbah, fasilitas social, pembangunan infrastruktur, serta masalah pencemaran air, udara dan suara. Masalah kebutuhan dan ketersediaan lahan yang terus meningkat oleh para pengembang (developer) dilihat sebagai suatu bisnis yang menguntungkan.Contohnya kasus yang sering dijumpai adalah perencaan pembangunan di suatu wilayah tidak lagi merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Tata Ruang Kota sering kali penggunaan lahan sudah tidak lagi mempertimbangan masalah resiko terhadap bencana alam yang nyata-nyata sudah teridentifikasi di wilayah tersebut. Contoh kasus dari konversi lahan pertanian yang sangat luas ke lahan permukiman dan industri adalah komplek Indsutri Jababeka.
Sungai-sungai yang ada pun juga menambah potensi banjir di Bekasi semakin tinggi. Sungai Bekasi melewati Kota Bekasi yang mempunyai luas DAS 390.40 km2, pada bagian tengah dan hilir mempunyai topografi yang relatif datar merupakan daerah rendah yang rawan terhadap banjir. Pada bagian tengah terdapat Bendung Bekasi yang bersilangan dengan Saluran Induk Tarum Barat, Bendung Bekasi berfungsi untuk menjaga elevasi muka air Saluran Induk Tarum Barat agar secara gravitasi dapat mengalirkan air baku ke Jakarta. Oleh karena itu elevasi muka air di Bendung Bekasi menjadi faktor yang penting dalam menangani pengendalian banjir Sungai Bekasi. Banjir yang terjadi pada tanggal 3 Februari 2007 dimana debit Sungai Bekasi yang tercatat pada Bendung Bekasi sebesar 767.30 m3/detik, mengakibatkan jebolnya tanggul di beberapa ruas sungai dan daerah pemukiman terendam.
















BAB V
PENUTUP

5.1Kesimpulan
Setelah penulis mengamati besar kelerengan kota Bekasi, topografi kota Bekasi, kepadatan penduduk Kota Bekasi, curah hujan dan iklim kota Bekasi, dan macam-macam penggunaan lahan yang ada di kota Bekasi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah Kota Bekasi sangan berpotensi terjadi banjir pada musim penghujan.
5.2Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar penduduk sekitar Kota Bekasi waspada pada saat musim penghujan tiba, dan agar pemerintah dapat membenahi Kota Bekasi di segala aspek sehingga menjadi lebih baik lagi.




















Daftar Pustaka

digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-pujisutart-31380 - 14k –
gerbang.jabar.go.id/kotabekasi/index.php?index=16&idberita=183 - 38k -
http://mbojo.wordpress.com/2008/04/07/faktor-penyebab-banjir-2-perubahan-lingkungan/
http://mbojo.wordpress.com/2007/03/16/faktor-penyebab-banjir-1/
Noor, djuhari. 2006. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu: Yogyakarta
pr.qiandra.net.id/prprint.php?mib=beritadetail&id=13182 - 19k
www.blog.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2007/09/20/brk,20070920-108020,id.html - 28k –
www.kotabekasi.go.id/admin/gallery/dokumen/1227.pdf

Friday, January 16, 2009

sebuah catatan perjalanan




aqu mau cerita tentang pendakian ku yang ke 5,,, ke gunung papandayan,,, temen2 qu bilang papandayan tu ga seru, ga menantang,, tapi menurut aqu sih itu semua salah...
menurut qu semua gunung itu seru dan menantang untuk dijelajahi,,, tergantung bagaimana kita menjalaninya,,, ya ga....



untuk menuju ke pos pendakian, memang dapat ditempuh dengan kendaraan, setelah dari pos kami menyusuri kawah,,, pada saat itu pas banged sore2, trus hujan,,, yauddah kita semua ngebudh,,, dengan empot-empotan alias susah payah aqu ngedaki,, maklum aqu cewe lembek jadi di dorong2 terus ama cowo qu,,, biz tu dijalan kita ketemu ama rombongan dari bandung,,, cuma 5 orang sih,,, mereka juga sama kaya rombongan aku,, cewenya cuma 1,, yaudah kita gabung deh ama mereka...

trus beberapa jam kita jalan,,, kita nyampe di tempat ngecamp,,, tapi kita ga nge camp disini,,, kita lanjut jalan ke atas,,, di atas juga ada tempat camp lagi...

trus kami semua bermalam di sini,,,, paginya kami semua niatnya sih kepuncak papandayan,,,, tapi ya ampun,,,, kita semua bingung arah jalannya,,, nanya orang , mereka jawab gak tau,,,, trus ada rombongan yang menyusurin bukit,, yaudah kita ikutin,,,,

tracknya ya Allah,,,,, da yang bebatuan terjal,,, terjal banged,,, da yang ,,, ehmm,,, apa ya,,, lanau apa lempung gitu,,, bechek,,, he,,, tapi setelah lama kami telusuri,,, kami tidak menemukan puncaknya,,,,

setau aku yang namanya puncak sebuah gunung yang telah sering didaki itu puncaknya ada tugu atau sesuatu yang menandakan bahwa itu adalah puncak dari gunung tersebut,,, tapi ini ga da....

yaudahh kita semua turunn,,,, biz itu cowo aku,, memutuskan bahwa kita langsung lanjut turun kebawah,,, ngejar waktu,,, karena esok hari udah tanggal 31,,, karena kita emang gada nita mau malam taun baruan di gunung, apa lagi di jalan,, yaudah kita, yang terdiri dari 5 orang, aqu, awan,agung,iqie,ari, segera cabuth,,,

sepanjang perjalanan turun ke pos pendakian, kita foto-foto,,, tapi sayang fotonya ada di iqi ama agung,,,

hhh,,,, ini catatan pendakian pertama bareng cowo aqu,,, akhirnya kesampean juga...